Sabtu, 06 Mei 2017

Jawaban Tentang Metode memahami Al-qur'an



Ujian Tengah Semester
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mata Kuliah              : Agama Islam 3
Dosen Pengampu      : Yunita Furi Aristyasari., M.Pd.I
Semester/Kelas         : III (Tiga)/ A, B, C, D, E
Program Studi          : Teknik Sipil
Hari/Tanggal             : Jumat, 04 November 2016
Sifat Ujian                 : Take Home

Nama                           : Fadhiel Muhammad Razaqi
Kelas                            : C
N.I.M                           : 20150110114


Jawablah soal-soal berikut!

1. Ada Beberapa macam metode memahami al-Qur’an yang telah dipelajari. Sebagai seseorang yang memiliki keterbatasan ilmu dalam memahami al-Qur’an, menurut saudara metode manakah yang paling tepat untuk memahami al-Qur’an bagi orang tersebut supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memahami. Jelaskan alasan jawaban saudara!

Untuk bisa memahami AI-Qur'an dengan baik, ada beberapa metode yang bisa kita lakukan.

1. Memahami AI-Qur'an Dengan AI-Qur'an.
AI-Qur'an merupakan wahyu Allah yang antara satu dengan lainya saling membenarkan dan menafsirkan, karenanya tidak akan kita temukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat
lainya, Allah berfirman yang artinya:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an?. Kalau sekiranya AI-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mandapat pertentangan yang banyak didalamnya."
(Q. S. 4: 82)
Ada banyak contoh tentang memahami ayat dengan ayat AI-Qur'an juga, misalnya Ibnu Katsir menghubungkan ayat 7 dari surat Al-Fatihah (Jalan orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka...) dengan surat An-Nisa: 69, yang artinya:
"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu; Nabi-nabi, para shidiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebik-baiknya."

2. Memahami AI-Qur'an Dengan Hadits
Disamping dengan ayat atau surat lain, AI-Qur'an juga bisa dipahami dari hadits melalui penjelasan dari Rasulullah SAW, hal ini karena Rasulullah memang bertugas untuk menjelaskan Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya. karena itu hadits-haditsnya bisa kita jadikan rujukan untuk memahami suatu ayat.
Diantara contoh tafsir dari hadits Rasulullah SAW adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh lbnu Mas'ud yang artinya: Ketika turun ayat ini:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan imanya dengan kezaliman..."
(Q. S. 6: 82), hal ini sangat meresahkan para sahabat. Mereka bertanya; "Ya Rasulullah, siapakah diantara kita yang tidak berbuat zalim tertiadap dirinya?". Beliau menjawab: "Kezaliman disini bukan seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu mendengar apa yang dikatakan hamba yang shaleh (Luqman), "sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar."
(Q. S. 31: 130). Kezaliman disini adalah syirik.
(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Di dalam hadits, terdapat juga rincian tentang apa yang diperintah dan apa yang dilarang serta ketentuan hukum yang difardhukan oleh Allah SWT. Maka hadits-hadits semacam ini berarti tatsir atau penjelasan atau suatu ayat didalam Al-Qur'an, misalnya didalam AI-Qur'an kaum Muslimin diperintah untuk menunaikan shalat, namun AI-Qur'an tidak menjelaskan teknis pelaksanaan shalat, maka shalat Nabi yang tergambar didalam hadits merupakan penafsiran ayat tentang shalat, dan begitulah seterusnya sehingga Al-Qur'an memang harus kita pahami dengan hadits-hadits, baik sisi kandungan maupun teknis pelaksanaan dari suatu ayat.

3. Memahami AI-Qur'an Dengan Tafsir Para Ulama.
Kapasitas keilmuan kita yang belum memadai untuk memahami AI-Qur'an secara langsung tidak membuat kita harus berkecil hati untuk bisa memahami Al-Qur'an dengan baik, kita mungkin saja bias memahami Al-Qur'an dengan baik dengan membaca dan mengkaji penafsiran dan para ulama ahli tafsir yang diakui oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya.
Kita amat bersyukur karena para ulama itu sangat membantu kita dalam memahami AI-Qur'an dengan kitab yang mereka tulis. Baik ulama dari dalam negeri kita sendiri seperti Prof. Dr. Hamka dengan Tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ash Shiddiqi dengan Tafsir An Nur, dll.
Sedangkan ulama dari luar antara lain: Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja'far At Tabari dengan Tafsir At Tabari, Ismail bin Amr Al Qurasyi bin Katsir dengan Tafsir lbnu Katsir hingga Sayyid Qutb dengan Tafsir Fi Zilalil Qur'an, dll.
Demikianlah secara umum beberapa metode yang harus ditempuh dalam upaya memahami Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya. Menurut saya, metode yang paling tepat dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah dengan hadist & Tafsir Para Ulama. Alasannya, karena permasalahan manusia semakin berkembang dan beraneka ragam, maka mufasir membutuhkan metode ampuh yang mampu menyimpulkan beberapa kandungan al-Quran yang bisa digunakan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dialami manusia.  

2. Jelaskan faktor-faktor yang dapat membuat seseorang salah menafsirkan al-Qur’an?
Faktor-faktor yang dapat membuat seseorang salah menafsirkan Al-Qur’an ialah:
a.  Subjektivitas dalam menerapkan metode atau kaidah
b.  Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah
c.  Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat
d.  Kedangkalan pengetahuan tentang materi uarain (pembicaraan) ayat
e.  Tidak memperhatikan konteks, baik asbab al-nuzul, hubungan antara ayat, maupun kondisi sosial masyarakat
f.   Tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicara ditujukan.


3. Tuliskan hadis tentang larangan makan dan minum sambil berdiri. Bisakah hadis tersebut dimaknai dengan pendekatan ilmiah modern? Kemukakan alasan dari jawaban saudara!

عن أنس – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – : أنه نَهى أن يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِماً . قَالَ قتادة : فَقُلْنَا لأَنَسٍ : فالأَكْلُ ؟ قَالَ :
ذَلِكَ أَشَرُّ – أَوْ أخْبَثُ – رواه مسلم
Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang untuk minum berdiri”. Qatadah (seorang tabi’in) berkata : “Kami bertanya kepada Anas, ‘Bagaimana dengan makan sambil berdiri?’ Anas menjawab, ‘Yang demikian itu lebih jelek dan lebih buruk.’ (HR. Muslim)
Alasannya, karena ada hikmah yang terkandung dalam larangan tersebut serta penjelasan ilmiah yang menguatkannya.
”Adab makan dalam Islam ternyata memiliki  hikmah tersendiri,”kata Spesialis Saraf RS PKU Muhammadiyah Bantul dr. Ana Budi Rahayu, SpS.
Bila seseorang makan sambil berdiri, akan terjadi reflux asam lambung, asam lambung akan naik ke esofagus dan membuat sel-sel kerongkongan teriritasi. Hal ini dikarenakan pH asam lambung yang sangat asam (pHnya 1-2,5), Hal ini ditandai dengan gejala panas terbakar yang menyesak di dada heartburn.
”Bila kita tetap membiasakan makan minum sambil berdiri dalam jangka waktu panjang iritasi sel-sel kerongkongan ini akan berakumulasi menyebabkan kanker saluran esofagus,” tuturnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar